Sabtu, 21 Mei 2011

perjalanan


dan apakah masih harus dipertanyakan sesuatu yang sudah begitu pasti??

dan apakah masih harus dijelaskan sesuatu hal yang sudah begitu nyata??

lalu untuk apa aku disini kalau harus selalu menjelaskan dan menjelaskan??

aku sudah tidak mau menjelaskan lagi, sekarang yang ingin kulakukan adalah memelukmu!!

jangan menolak atau kubunuh kau nanti...

atau kau malah ingin melihatku membunuh diriku sendiri??

ini sudah ratusan kilo kulewati...

sudah pohon oak ke 99 yang kutemui disepanjang perjalanan menuju rumahmu.

belasan orang muak kutanya arah,

dan puluhan penyamun sudah melukaiku hanya karena harta yang tak seberapa,

yang akan kuberikan untukmu...

aku sudah lelah, dan aku hanya ingin beristirahat dirumahmu...

dekat denganmu, di dekap olehmu di depan perapian dengan batu bata merah...

menikmati segelas besar cangkir panas untuk berdua,

mengumbar celoteh tentang masa depan, yang memang masih remang,

tapi setidaknya kita bisa membuat terang dengan kebersamaan kita menghadapinya...

dan sekarang yang harus kau lakukan adalah diam, biarkan aku mencium bibirmu dengan mesra!!

senggang yang lengang


entah sudah berapa lipatan mata diantara beberapa malam bersama kafein - kafein yang


berserakan diantara kerongkongan


mungkin sekarang sudah mengering bersama tawa seorang pemain watak yang begitu gemilang


pintar, jenius, cerdas, atau apalah itu sebutannya, dia begitu mahsyur dizamannya


bahkan mungkin kehidupan sejenis kuman tak ada yang tak mengenalnya seperti yang


kebanyakan khalayak lakukan


BRAVOOOOO!!!


kata ini yang setiap malam terpaksa dia dengarkan sampai membuatnya muak


dan dia mempertanyakan, " apa tidak ada ahli bahasa yang cukup brilian untuk membuat


kosakata baru?"


kebosanan yang harus ditantangnya,


kepenatan yang harus dilawannya,


apakah hidupnya akan selalu seperti itu saja?


hanya dia yang bisa menjawab.


dan apapun yang menjadi jawabannya bak gema di ruang sunyi yang setelah itu berlalu pasti dan


kembali jadi sunyi


PER SEMPRE....


begitulah kehidupan dan penghidupannya, tiada yang lebih bisa membuatnya bahagia ketimbang


jawaban yang tidak sunyi


langkah gontai itupun bukan dibuat - buatnya,


padahal dia sesehat ayam betina yang siap menjadi santapan raja - raja


dan dia sangat gelap diantara kerlip panggungnya


jika boleh dia ingin menitikkan air mata tapi sayang dia terlahir tanpa kelenjar itu


sungguh malang nasibnya ketika orang sibuk memuji kegagahannya dalam tiap aksinya


tidak harus ini dipahami sebagai sebuah cerita


selayaknya sang pemain watak juga enggan menyebut dirinya serupa itu


kisah tentang perkamen


salah jika memaksa saya menghapus,


saya tahu saya sudah menuliskan kesalahan,


tapi kesialan kali ini adalah saya terlanjur asyik menulisi perkamen ini dengan pulpen...


saya tahu juga kalau perkamen itu seharga hidup saya dan anda,


apa anda mau membentak saya??


silahkan saja, dan saya juga akan diam saja...


kalau and pikir saya tidak sama kecewanya dengan anda itu adalah tidak bijak!


saya tidak mencari pembenaran karena jelas jelas saya memang menuliskan hal yang salah,


tapi coba lihat kembali tulisan tulisan salah yang sebelumnya,


saat kita menuliskannya bersama sama,


apakah kita pernah mempermasalahkannya??


bahkan kita saling membesarkan hati dan kemudian menulis kembali...


saya menghapuskannya untuk anda begitupun sebaliknya...


kalau saat ini kita harus menulis dengan cara masing masing,


hargailah sudut pandang dan cara penulisan satu sama lain...


saya lelah dengan ego yang selama ini saya dan anda pertahankan,


ego yang ketika ditanya tentang apa tapi tidak satupun dari kita yang bisa menjawab...


kita payah ya, tapi semoga sekarang tidak lagi,


karena perkamen ini kan sudah kita bagi dua,


semoga tulisan yang pernah salah itu tidak tertuliskan lagi...


suatu saat jika perkamen ini harus bertemu kembali dengan sobekannya,


ceritakan saja padaku tentang tulisan anda,


karena mungkin pada saat itu suara anda yang paling lezat didengarkan sembari


meneguk secangkir teh berbaur madu...


Kamis, 27 Januari 2011

sapaan yang terlambat

hai pagi, seharusnya aku menyapamu dengan senyum hangat sebangun tidur tadi, dan

memulainya dengan sangat baik baik saja.

tapi apa? semuanya semacam jadi perpanjangan mimpi mimpi tentang camar yang berduka?

kuharap bukan...bukan lagi tentang bagaimana hari esok akan berlalu tapi tentang

mempercayakan segalanya pada hari ini, agar esok yang sudah cukup berat menanggung

bebannya sendiripun tidak harus menanggung beban hari ini.

seperti halnya saja aku bercermin pada seorang yang pada masa tertentu menjadi yang aku elu

elukan karena keberaniannya menyangkal Tuhan, tapi di masa yang lain aku sedikit menjadi iba

akan beban hidup yang dibuatnya sendiri...

yah, mungkin memang ada saat yang begitu tepat untuk memilih sesuatu untuk dijalani, dilalui,

ataupun sekedar dipandangi tanpa harus melakukan apapun.

aku, kamu, dia dan siapa saja memang harus melakukannya!


Rindu itu...

siapa bilang rindu itu enak dan menyenangkan merasakannya, itu bualan tukang ronda yang sudah kehabisan bahan pembicaraan menurutku.
kalau boleh kubilang rasanya begitu menyebalkan sampai kau ingin menarik narik rambutmu sampai rontok...
seperti kau sedang mengiris tulang rawanmu menggunakan pisau makan...
seperti otak ini sedang ditusuk tusuk dan dibuat mainan menggunakan garpu besar untuk berkebun
dan seperti yang sudah sudah, rasanya sampai ingin memuntahkan isi lambung dan seluruh isi perut seketika itu juga...

Senin, 24 Januari 2011


kurasa barang favoritku masih kau simpan dengan baik, dia yang tak pernah lepas dari minatku untuk memakainya, aku memang merindukan mereka tapi tidak seperti aku merindukan rindumu akan tulisanku.
aku sangat merindukan kamu yang bertanya padaku " kok jarang nulis lagi? ", " kapan kamu nulis lagi? "
that's probably odd, tapi itu beneran lhooo :D
aku mengerjakan yang aku ingin kau bangga akan hasilnya, try to get along so well with your "world" kurasa itu bukan berlebihan...itu bukan keterpaksaan, aku melakukan hal yang aku suka, aku suka memahamimu, aku suka kamu yang bahagia, aku suka kamu yang seperti bayi kelaparan etika menikmati masakanku, dan yang paling aku suka dari itu semuaa senyum sederhanamu, eitss satu lagi bau tubuhmu yang bercampur aroma white musk, itu juga bikin aku kangen kekasih dari balkon ke3.
kalau boleh ku berteriak diantara waktu senggangku, namamu yang menjadi prioritas untuk kuteriakkan, kalau bisa ketika teriakkan ke3 kamupun tiba tiba sudah memelukku kembali seperti saat hujan waktu itu di dekat jendela kolonialisme...aroma tanah yang begitu baik hati dan juga pelukkan yang hangat, hari yang menyenangkan dan ingin aku mendapatkannya lagi. rindu yang kekanakan! dan aku tidak keberatan dengan rindu yang kekanakan itu selama yang kurindukan itu adalah kamu.

Karamel

hei..setidaknya saat ini aku ingin berbagi caraku menikmati karamel ^^
pertama...tusuk gigi itu aku ambil, lalu aku pilih yang paling halus dan terlihat perlente diantara penghuni kardus tusuk gigi.

kedua...aku putar tusuk gigi perlente itu diantara kuah karamel yang cukup liat.

ketiga...angkat tusuk gigi dan pelukan karamelnya.

keempat...nikmati dengan sedikit senyum dan yaaah secuil keangkuhan karena berhasil melahap hal terlezat dimuka bumi kurasa tidak akan berdosa :P

dan inilah step yang paling aku gemari saat menikmati karamel, sembari mulutku bergerak aneh dan gigi gigiku beradu melumat karamelnya, aku membiarkan jari jariku menuliskan rasa rinduku atas kamu kekasihku dari balkon ke 3...sebenarnya aku sudah mulai malas menulis kembali, tetapi rindumu padaku yang menuliskan hidupku dan perasaanku dengan jemariku, membuat aku pada akhirnya tergerak kembali...asal kau tahu saja, menulis tanpamu cukup berat rasanya, tapi aku adalah perindu yang baik hati jadi aku memanjakan rindumu dengan dengan begitu sempurna. tidak perlu membuatmu tahu, tapi pasti kamu mendatangi hal yang kamu rindukan hei, kekasih balkon ke 3...enjoy this writing then, it will not always about you but it mostly about you :D